A. Pengertian
Cerita rakyat atau legenda adalah cerita pada
masa lampau yang menjadi ciri khas setiap bangsa dengan kultur budaya dan
sejarah yang dimiliki masing-masing bangsa contoh cerita lutung kasarung dalam
bahasa inggris ini. Cerita rakyat pada umumnya diwariskan secara turun-menurun
dari satu generasi ke generasi berikutnya dalam masyarakat tertentu. Ada dua
bentuk cerita rakyat yaitu puisi dan prosa. Cerita rakyat dalam puisi
diantaranya adalah pantun, peribahasa, khiasan, pepatah dan perumpamaan.
Sedangkan cerita rakyat dalam bentuk prosa diantaranya dongeng, legenda, dan
mite. Cerita rakyat adalah suatu genre sastra yang dimiliki oleh semua bangsa
di dunia, cerita rakyat baik yang bernilai sastra atau bukan adalah bagian dari
apa yang disebut folklore lisan.
Sumber gambar:http://www.lokerseni.web.id/2012/01/cerita-rakyat-bawang-merah-dan-bawang.html
B. Karakteristik
Cerita Rakyat
1). Disampaikan secara lisan dan
turun-temurun
2). Bentuk dan isinya bersifat
statis
3). Bersifat anonim
4). Milik bersama (komunal)
5). Bersifat istana sentris
6). Mencerminkan aturan-aturan
hidup yang berlaku
C. Jenis-Jenis
Cerita Rakyat
1). Dongeng; cerita yang tidak benar-benar terjadi
terutama tentang kejadian pada zaman dahulu yang bersifat fantastik/tidak
realistik
2). Legenda;
rakyat pada zaman dahulu yang berhubunga dengan peritiwa sejarah mengenai
asal-usul suatu tempat atau daerah)
3). Mithe/Mitos: cerita rakyat yang banyak
mengandung unsur-unsur keajaiban yang ditokohi oleh para dewa, jin, peri, dan
roh-roh halus
4). Fabel; cerita rakyat sejenis dongeng yang para
pelakunya binatang
D. Contoh:
BAWANG MERAH DAN BAWANG PUTIH
Jaman dahulu kala di sebuah desa tinggal sebuah
keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu dan seorang gadis remaja yang cantik
bernama bawang putih. Mereka adalah keluarga yang bahagia. Meski ayah bawang
putih hanya pedagang biasa, namun mereka hidup rukun dan damai. Namun suatu
hari ibu bawang putih sakit keras dan akhirnya meninggal dunia. Bawang putih
sangat berduka demikian pula ayahnya.
Di desa itu tinggal pula seorang janda yang
memiliki anak bernama Bawang Merah. Semenjak ibu Bawang putih meninggal, ibu
Bawang merah sering berkunjung ke rumah Bawang putih. Dia sering membawakan
makanan, membantu bawang putih membereskan rumah atau hanya menemani Bawang
Putih dan ayahnya mengobrol. Akhirnya ayah Bawang putih berpikir bahwa mungkin
lebih baik kalau ia menikah saja dengan ibu Bawang merah, supaya Bawang putih
tidak kesepian lagi.
Dengan pertimbangan dari bawang putih, maka ayah
Bawang putih menikah dengan ibu bawang merah. Awalnya ibu bawang merah dan
bawang merah sangat baik kepada bawang putih. Namun lama kelamaan sifat asli
mereka mulai kelihatan. Mereka kerap memarahi bawang putih dan memberinya
pekerjaan berat jika ayah Bawang Putih sedang pergi berdagang. Bawang putih
harus mengerjakan semua pekerjaan rumah, sementara Bawang merah dan ibunya
hanya duduk-duduk saja. Tentu saja ayah Bawang putih tidak mengetahuinya,
karena Bawang putih tidak pernah menceritakannya.
Suatu hari ayah Bawang putih jatuh sakit dan
kemudian meninggal dunia. Sejak saat itu Bawang merah dan ibunya semakin
berkuasa dan semena-mena terhadap Bawang putih. Bawang putih hampir tidak
pernah beristirahat. Dia sudah harus bangun sebelum subuh, untuk mempersiapkan
air mandi dan sarapan bagi Bawang merah dan ibunya. Kemudian dia harus memberi
makan ternak, menyirami kebun dan mencuci baju ke sungai. Lalu dia masih harus
menyetrika, membereskan rumah, dan masih banyak pekerjaan lainnya. Namun Bawang
putih selalu melakukan pekerjaannya dengan gembira, karena dia berharap suatu
saat ibu tirinya akan mencintainya seperti anak kandungnya sendiri.
Pagi ini seperti biasa Bawang putih membawa bakul
berisi pakaian yang akan dicucinya di sungai. Dengan bernyanyi kecil dia
menyusuri jalan setapak di pinggir hutan kecil yang biasa dilaluinya. Hari itu
cuaca sangat cerah. Bawang putih segera mencuci semua pakaian kotor yang
dibawanya. Saking terlalu asyiknya, Bawang putih tidak menyadari bahwasalah
satu baju telah hanyut terbawa arus. Celakanya baju yang hanyut adalah baju
kesayangan ibu tirinya. Ketika menyadari hal itu, baju ibu tirinya telah hanyut
terlalu jauh. Bawang putih mencoba menyusuri sungai untuk mencarinya, namun
tidak berhasil menemukannya. Dengan putus asa dia kembali ke rumah dan
menceritakannya kepada ibunya.
“Dasar ceroboh!” bentak ibu tirinya. “Aku tidak
mau tahu, pokoknya kamu harus mencari baju itu! Dan jangan berani pulang ke
rumah kalau kau belum menemukannya. Mengerti?”
Bawang putih terpaksa menuruti keinginan ibun
tirinya. Dia segera menyusuri sungai tempatnya mencuci tadi. Mataharisudah
mulai meninggi, namun Bawang putih belum juga menemukan baju ibunya. Dia
memasang matanya, dengan teliti diperiksanya setiap juluran akar yang menjorok
ke sungai, siapa tahu baju ibunya tersangkut disana. Setelah jauh melangkah dan
matahari sudah condong ke barat, Bawang putih melihat seorang penggembala yang
sedang memandikan kerbaunya. Maka Bawang putih bertanya: “Wahai paman yang
baik, apakah paman melihat baju merah yang hanyut lewat sini? Karena saya harus
menemukan dan membawanya pulang.” “Ya tadi saya lihat nak. Kalau kamu
mengejarnya cepat-cepat, mungkin kau bisa mengejarnya,” kata paman itu.
“Baiklah paman, terima kasih!” kata Bawang putih
dan segera berlari kembali menyusuri. Hari sudah mulai gelap, Bawang putih
sudah mulai putus asa. Sebentar lagi malam akan tiba, dan Bawang putih. Dari
kejauhan tampak cahaya lampu yang berasal dari sebuah gubuk di tepi sungai.
Bawang putih segera menghampiri rumah itu dan mengetuknya.
“Permisi…!” kata Bawang putih. Seorang perempuan
tua membuka pintu.
“Siapa kamu nak?” tanya nenek itu.
“Saya Bawang putih nek. Tadi saya sedang mencari
baju ibu saya yang hanyut. Dan sekarang kemalaman. Bolehkah saya tinggal di
sini malam ini?” tanya Bawang putih.
“Boleh nak. Apakah baju yang kau cari berwarna
merah?” tanya nenek.
“Ya nek. Apa…nenek menemukannya?” tanya Bawang
putih.
“Ya. Tadi baju itu tersangkut di depan rumahku.
Sayang, padahal aku menyukai baju itu,” kata nenek. “Baiklah aku akan
mengembalikannya, tapi kau harus menemaniku dulu disini selama seminggu. Sudah
lama aku tidak mengobrol dengan siapapun, bagaimana?” pinta nenek.Bawang putih
berpikir sejenak. Nenek itu kelihatan kesepian. Bawang putih pun merasa iba.
“Baiklah nek, saya akan menemani nenek selama seminggu, asal nenek tidak bosan
saja denganku,” kata Bawang putih dengan tersenyum.
Selama seminggu Bawang putih tinggal dengan nenek
tersebut. Setiap hari Bawang putih membantu mengerjakan pekerjaan rumah nenek.
Tentu saja nenek itu merasa senang. Hingga akhirnya genap sudah seminggu, nenek
pun memanggil bawang putih.
“Nak, sudah seminggu kau tinggal di sini. Dan aku senang karena kau anak yang rajin dan berbakti. Untuk itu sesuai janjiku kau boleh membawa baju ibumu pulang. Dan satu lagi, kau boleh memilih satu dari dua labu kuning ini sebagai hadiah!” kata nenek.
Mulanya Bawang putih menolak diberi hadiah tapi nenek tetap memaksanya. Akhirnya Bawang putih memilih labu yang paling kecil. “Saya takut tidak kuat membawa yang besar,” katanya. Nenek pun tersenyum dan mengantarkan Bawang putih hingga depan rumah.
“Nak, sudah seminggu kau tinggal di sini. Dan aku senang karena kau anak yang rajin dan berbakti. Untuk itu sesuai janjiku kau boleh membawa baju ibumu pulang. Dan satu lagi, kau boleh memilih satu dari dua labu kuning ini sebagai hadiah!” kata nenek.
Mulanya Bawang putih menolak diberi hadiah tapi nenek tetap memaksanya. Akhirnya Bawang putih memilih labu yang paling kecil. “Saya takut tidak kuat membawa yang besar,” katanya. Nenek pun tersenyum dan mengantarkan Bawang putih hingga depan rumah.
Sesampainya di rumah, Bawang putih menyerahkan
baju merah milik ibu tirinya sementara dia pergi ke dapur untuk membelah labu
kuningnya. Alangkah terkejutnya bawang putih ketika labu itu terbelah,
didalamnya ternyata berisi emas permata yang sangat banyak. Dia berteriak
saking gembiranya dan memberitahukan hal ajaib ini ke ibu tirinya dan bawang
merah yang dengan serakah langsun merebut emas dan permata tersebut. Mereka
memaksa bawang putih untuk menceritakan bagaimana dia bisa mendapatkan hadiah
tersebut. Bawang putih pun menceritakan dengan sejujurnya.
Mendengar cerita bawang putih, bawang merah dan
ibunya berencana untuk melakukan hal yang sama tapi kali ini bawang merah yang
akan melakukannya. Singkat kata akhirnya bawang merah sampai di rumah nenek tua
di pinggir sungai tersebut. Seperti bawang putih, bawang merah pun diminta
untuk menemaninya selama seminggu. Tidak seperti bawang putih yang rajin,
selama seminggu itu bawang merah hanya bermalas-malasan. Kalaupun ada yang dikerjakan
maka hasilnya tidak pernah bagus karena selalu dikerjakan dengan asal-asalan.
Akhirnya setelah seminggu nenek itu membolehkan bawang merah untuk pergi.
“Bukankah seharusnya nenek memberiku labu sebagai hadiah karena menemanimu
selama seminggu?” tanya bawang merah. Nenek itu terpaksa menyuruh bawang merah
memilih salah satu dari dua labu yang ditawarkan. Dengan cepat bawang merah
mengambil labu yang besar dan tanpa mengucapkan terima kasih dia melenggang
pergi.
Sesampainya di rumah bawang merah segera menemui
ibunya dan dengan gembira memperlihatkan labu yang dibawanya. Karena takut
bawang putih akan meminta bagian, mereka menyuruh bawang putih untuk pergi ke
sungai. Lalu dengan tidak sabar mereka membelah labu tersebut. Tapi ternyata
bukan emas permata yang keluar dari labu tersebut, melainkan binatang-binatang
berbisa seperti ular, kalajengking, dan lain-lain. Binatang-binatang itu
langsung menyerang bawang merah dan ibunya hingga tewas. Itulah balasan bagi
orang yang serakah.
Sumber: http://www.lokerseni.web.id/2012/01/cerita-rakyat-bawang-merah-dan-bawang.html
Sumber cerita: http://www.lokerseni.web.id/2012/01/cerita-rakyat-bawang-merah-dan-bawang.html
0 komentar:
Posting Komentar